Jumat, 16 Desember 2011

JAKARTA (bisnis-jabar.com): Teknologi perikanan akuakultur atau perikanan budidaya di Tanah Air dinilai masih rendah, sehingga perlu mengadopsi teknologi dari Norwegia.
Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengatakan Indonesia dinilai masih kurang dalam teknologi perikanan akuakultur.
“Kita masih lemah dalam teknologi sehingga melalui kerja sama dengan Norwegia kita harapkan akan dapat belajar lebih banyak,” ujarnya dalam seminar Aquaculture – Cooperation between Indonesia and Norway, hari ini.
Dia menjelaskan teknologi budidaya perikanan yang digunakan di Indonesia dinilai masih banyak yang mengandalkan cara tradisional.
Selain itu, para pakar akuakultur di Indonesia juga memiliki kemampuan teori, tetapi membutuhkan aplikasi teknologi yang nyata untuk penerapan di lapangan. Selain transfer teknologi dari Norwegia, kata dia, negara itu juga berpotensi untuk berinvestasi perikanan di Indonesia.
Menurut Fadel, seminar itu untuk mempelajari teknologi akuakultur, ide-ide baru untuk mendorong perpindahan dari perikanan tangkap ke perikanan budidaya. “Selama ini masih terkonsentrasi pada ikan laut. Ikan kerapu pasarnya luar biasa. Saya mengharapkan ada investor ke sini.”
Dia menuturkan KKP telah menggeser anggaran dari perikanan tangkap untuk perikanan budidaya, sehingga anggaran 2010 fokus pada perikanan budidaya. Menteri Fadel mengharapkan ada peningkatan produksi ikan budidaya, tetapi masih terkendala dengan teknologi.
Duta Besar Norwegia untuk RI Eivind S. Homme mengatakan Norwegia siap bekerja sama dengan Indonesia terutama mengingat Norwegia sebagai salah satu negara yang dikenal unggul di dalam hal perikanan di dunia.
“Norwegia adalah ekportir industri perikanan terbesar kedua di dunia dan banyak memiliki perusahaan terkemuka di bidang akuakultur,” ujarnya. Menurut dia, Indonesia merupakan negara yang memiliki pertumbuhan tinggi di bidang perikanan.(fsi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar