Rabu, 04 Januari 2012

UAS TEKNOLOGI INFORMASI RINGKASAN JURNAL DENGAN TEMA “AQUACULTURE BIOINFORMATIC” nama: Khoirul Anam, Nim: 26010210170006


PENERAPAN SELEKSI FAMILI F3 PADA IKAN NILA HITAM (Oreocromis niloticus)
Implementation of F3 family slection on Black Tilapia (Oreocromis niloticus)
Oleh;
Tristiana Yuniarti, Sofi Hanif, dan Dian Hardiantho



Pemuliaan ikan nila di Indonesia merupakan kegiatan perekayasaan yang sangat penting dilakukan untuk menigkatkan mutu genetik ikan nila yang ada di masyarakat. Metode Seleksi Famili telah  digunakan sebagai satu metode efektif untuk mendapatkan strain induk nila yang lebih unggul.
Seleksi  famili  adalah  salah  satu  cara  yang  efektif  untuk  memperbaiki  mutu  induk  ikan nila, dan cara ini sangat penting untuk dilakukan, mengingat Mutu  genetis  yang  tidak  memenuhi  syarat pada  induk  ikan  nila  menjadi  masalah  yang akan  terus  berlangsung  bila  tidak  ada  upaya perbaikan.  Para  pembenih  ikan  nila  lebih memilih induk hasil pemuliaan dari luar negeri, yang  harganya  sangat  mahal  serta  sulit memenuhi  prosedurnya  karena  memerlukan persyaratan  lisensi/sertifikasi  produsen  induk, yang juga pada gilirannya akan menyita devisa negara.  Sehingga  bukannya  induk  yang diperoleh  tetapi  benih  sebar  yang  dijadikan induk. Akibatnya  mutu  benih  yang  dihasilkan tidak  dapat  dijamin  keunggulannya  secara kontinyu.
Ikan  nila  secara  biologis  memiliki hereditas  yang  rendah  dibandingkan  dengan ikan tawar lainnya (Charo-Karisa, et al 2006a). Metode  seleksi  famili dapat  menghasilkan  strain  baru  dengan menggunakan sumber gentik ikan nila yang ada di  dalam  negeri. Metode ini terbukti  dapat  meningkatkan performance  ikan  nila,  seperti  yang  telah diperlihatkan  oleh  performance  GET  EXCEL 2002.
Istilah  Famili  artinya  adalah  keluarga  yang dibuat  oleh  pemulia. Seleksi famili adalah  salah satu metode selektif breeding. Penerapan  metode  seleksi  famili  ini serangkaian  proses  bertahap  yang  simultan, sehingga  untuk  mendapatkan  populasi  Induk Penjenis  (Great  Grand  Parent  Stock)  dapat dicapai  pada  generasi  ke  4  (F4). Adapun pada seleksi famili  ada  dua  pendekatan  cara  yaitu  seleksi antar  famili  dan  seleksi  didalam  famili.  Cara seleksi  famili  yang  digunakan  adalah  cara seleksi  dalam  famili  (within  family  selection).
Dari penelitian dalam jurnal ini menghasilkan Mutu  genetik  generasi  F3  yang  diperoleh menghasilkan  Heretabilitas  yang  sedikit  lebih rendah  dibandingkan  perolehan  pada  F2.  Sehingga  respon  seleksi  juga  menurun  sebesar respon  seleksi  pada  F3  menurun  56,8% . Penurunan  ini  disebabkan  pendekatan inbreding  yang  dilakukan  pada  proses pemijahan  dalam  pembentukan  famili  pada generasi  F3.
Pembahasan yang lebih lengkap dapat dilihat dari jurnal asli dilink berikut "PENERAPANSELEKSI FAMILI F3 PADA IKAN NILA HITAM (Oreocromisniloticus)"


Senin, 02 Januari 2012

Bioinformatic of Aquaculture



Wahhhh… kalo mo bahas  tentang ni…Sebelumnyaaa kita harus tahu dulu donk apa bio informatiak
Bioinformatika.......... , apa yaaa……?????
Ohhh ini dia yang dimaksud bioinformatika Sekarang mari kita baca penjelasan dibawah ini;
Bioinformatika jelas dari namanya merupakan gabungan dua kata yaitu bio (biologi) dan informatika, jadi dengan kata lain bioinformatika merupakan ilmu terapan yang lahir dari perkembangan teknologi informasi di bidang molekuler. Pembahasan dibidang bioinformatika ini tidak terlepas dari perkembangan biologi molekular modern, salah satunya peningkatan pemahaman manusia dalam bidang genomic yang terdapat dalam molekul DNA.
Eh cuy… tau gak ternyata bioinformatika merupakan perkawinan antara Teknologi Informasi dengan Bioteknologi??
            JADI beggini lhooo CERITANYA…
Ledakan informasi dari kemajuan bioteknologi seperti data sekuen DNA dari pembacaan genom, data sekuen dan struktur protein sampai kepada data transkripsi RNA berkat teknologi DNA chip, telah mendorong lahirnya Bioinformatika yang digunakan untuk mengorganisasi dan menganalisa data-data tersebut menjadi sebuah informasi biologis yang bermakna. Bermacam database telah dibuat dan banyak perangkat lunak telah diciptakan yang menunjukkan trend kepada spesialisasi tujuan. Walaupun negara berkembang kurang dapat berpartisipasi dalam eksperimen bioteknologi yang padat informasi untuk pengumpulan informasi dalam database-database itu, peluang untuk memanfaatkannya melalui Bioinformatika terbuka lebar karena sifatnya yang terbuka.

Lhaaa trus apa penerapan dibidang  aquaculture????? Apa yaaa…

Owhhh mungkin gini maksudnya… data data tentang akuakultur yg diperoleh dari hasil penelitian diseluruh dunia memanfaatkan Bioinformatika untuk mengorganisasi dan menganalisa data-data tersebut menjadi sebuah informasi biologis yang bermakna.
Seperti jurnal yg saya ringkas  berikut nihhhh
Judulnya.. “Kloning cDNA Hormon Pertumbuhandari Ikan Gurame(Osphronemus Gouramy)”
Wahhh aQuaculture banget gtu lohhh…

            Penelitian mengenai kloning cDNA dan pengkodean hormon pertumbuhan ikan gurame telah dilakukan. Sebenarnya tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh sekuens DNA komplemen hormon pertumbuhan sebagai langkah awal dalam rangka pengembangan teknologi rekayasa genetika ikan gurame.
Ikan gurame(Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki harga jual tinggi dan pengembangan usaha budidayanya telah menjadi fokus revitalisasi perikanan budidaya 2006 – 2009. Namun demikian, pertumbuhan yang relatif lambat merupakan salah satu masalah utama pengembangan budidaya ikan gurame, yang diduga sebagai konsekuensi langsung dari laju pertumbuhan somatik yang rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh sekuens DNA yang komplemen hormon pertumbuhan sebagai langkah awal dalam rangka pengembangan teknologi rekayasa genetika ikan gurame, dan untuk mengetahui pola distribusi dan otogeni ekspresi gen GH ikan gurame.
Berdasarkan hasil analisis BLAST, sekuens hasil kloning adalah sangat mirip dengan gen GH dari beberapa jenis ikan,khususnya kelompok ikan anabantid. Dengan demikian diduga bahwa sekuens hasil kloning tersebut merupakan gen GH ikan gurame, dimana panjang sekuens GH ikan gurame hasil kloning adalah 843bp yang menyandikan 204 asam amino residu.
                                           

Jumat, 16 Desember 2011

Berikut merupakan ulasan dari jurnal yang berjudul “Pemanfaatan Pengindraan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Untuk Manajemen Sumber Daya Perikanan Budidaya Di Indonesia”.


ulasan dari jurnal

“PEMANFAATAN PENGINDRAAN JAUH
DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MANAJEMEN SUMBER DAYA PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA”.
Oleh I Nyoman Radiarta*
*Pusat Riset Perikanan Budidaya

Dewasa ini, dengan tersedianya data pengindraan jauh (indraja) dapat membantu untuk mengggambarkan dan mengetahui kondisi sumberdaya alam dan kegiatan manusia. Bersamaan dengan perkembangan ketersediaan data dan informasi tersebut, sitem informasi geografis (SIG) telah meningkatkan kemampuan untuk menyimpan, menganalisis, dan menampilkan data dan informasi yang tersedia. Pemanfaatan indraja dan SIG telah berkonstribusinyata bagi perkembangan perikanan budidaya. Dibidang perikanan aplikasi teknologi ini dapat ditemukan mulai dari tahapan perencanaan, pengelolaan, dan pemantauan.
Dalam jurnal ini penulis  (I Nyoman Radiarta) mengulas tentang bagai mana satelit indraja dan SIG dapat digunakan dan berkonstribusi bagi penelitian dibidang sumberdaya perikanan budidaya, sehingga nantinya berefek pada pengelolaan sumberdaya alam yang manusiawi demi keberlanjutan perikanan budidaya secara berkesinambungan. Dalam jurnal ini penulis akan membahas terlebih dahulu tentang teknologi indaraja dan SIG dan kemudian disusul aplikasinya untuk masing-masing bidang penelitian. Berikut ulasanya:

PENGINDRAAN JAUH DAN SISTEMINFORMASI GEORAFIS

Indraja merupakan sumber data bagi SIG, hal ini dikarenakan masih kurang ketrsediaanya data dan informasi penting dalam bentuk peta yang diperlukan untuk analisis sumberdaya perikanan budidaya. Adapun keunggulan Indraja merupakan sumber data bagi SIG menurut Jhonson (1998) adalah sebagai berikut:
1)  Data yang dihasilkan sudah dalam format digital;
2)  Dapat memantau suatu darah kajian secara berulang-ulang;
3)   Dapat mencakup kajian yang luas; dan
4)  Dapat menghasilkan berbagai data yang tidak bisa didapat dari data lapangan.

Integrasi data  indraja dan SIG berkonstribusi sangat penting dalam kegiatan perikanan budidayamelalui penyediaan berbagai jenis data diantaranya data tutupsn/ penggunaan lahan, kualitas perairan, dan infratuktur perikanan. Dengan ini kegiatan perikanan budidaya dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan.

SATELIT INDERAJA



Indaraja secara umum didefinisikan sebagai teknik untuk mengumpulkan data  dan informasi dari suatu objek atau fenomena, yang pengukuranya dilakukan dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji. Alat yang digunakan untuk pengukuran tersebut disebut sensor, sedangkan data yang didapat dikenal dengan istilah citra.
Ø  Analisis Data Inderaja
Analisis data ineraja dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam teknik meliputi visual (analog) dan digital analisis. Analisis data inderaja secara digital meliputi manipulasi dan interpretasi dari citra digital dengan bantuan perangkat computer.
Ø  Ketersediaan Data Inderaja
Di Indonesia penyediaan data inderaja dibawah wewenang Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN). Selain instansi pemerintah data tersebut juga dapat  di dapatkan di lembaga suasta seperti BTIC-Biotrop.

Ø  Perangkat Lunak Analisis Data Inderaja
Dewasa ini banyak ditemukan perangkat lunak untuk analisis data inderaja baik yg bersifat komersi maupun geratis. Namun apapun jenis perangkat lunak yang digunakan umumnya memiliki fasilitas dasar yang serupa bagi pengolahan citera satelit.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
SIG dapat diartikan sebagai seperangkat system yang berfungsi untuk mengumpulkan, menyimpan, memanggil, menganalisis/manipulasi dan menyajikan data spasial yang berasal dari bumi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Ada dua jenis data yang dapat diintegrasikan kedalam SIG yaitu Vektor dan Raster.

ü  Analisis SIG
Pada dasarnya setiap penelitian dengan menggunakan SIG akan terdiri atas tujuh tahapan yaitu: identifikasi keperluan penelitian, memformulasikan rencana, membuat framework analisis, mencari sumber data, menyususn dan memanipulasi data sebagai data input, analisis data dan verifikasi keluaran, dan evaluasi hasil akhir.

ü  Ketersediaan Data SIG
Data yang digunakan untuk analisis sig dapat dikumpulkan dari berbagai macam sumber diantaranya:
a. Data perimer (dari lapangan);
b.Data sekunder (hasil analisis data primer);
c. Proxy data; dan
d. Citra satelit.

ü  Perangkat Lunak SIG
Dewasa ini banyak ditemukan perangkat lunak untuk analisis data SIG baik yg bersifat komersi maupun geratis. Namun apapun jenis perangkat lunak yang digunakan umumnya memiliki fasilitas dasar yang serupa bagi pengolahan citera satelit.

Contoh aplikasi inderaja dan SIG
1)      Pemetaan perubahan lahan;
2)      Pemantauan lingkungan budidaya; dan
3)      Pemetaan kelayakan lahan untuk budidaya perikanan.

 nah kalo mau yang lengkap nya bisa dibuka di link berikut http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/31088191.pdf
JAKARTA (bisnis-jabar.com): Teknologi perikanan akuakultur atau perikanan budidaya di Tanah Air dinilai masih rendah, sehingga perlu mengadopsi teknologi dari Norwegia.
Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengatakan Indonesia dinilai masih kurang dalam teknologi perikanan akuakultur.
“Kita masih lemah dalam teknologi sehingga melalui kerja sama dengan Norwegia kita harapkan akan dapat belajar lebih banyak,” ujarnya dalam seminar Aquaculture – Cooperation between Indonesia and Norway, hari ini.
Dia menjelaskan teknologi budidaya perikanan yang digunakan di Indonesia dinilai masih banyak yang mengandalkan cara tradisional.
Selain itu, para pakar akuakultur di Indonesia juga memiliki kemampuan teori, tetapi membutuhkan aplikasi teknologi yang nyata untuk penerapan di lapangan. Selain transfer teknologi dari Norwegia, kata dia, negara itu juga berpotensi untuk berinvestasi perikanan di Indonesia.
Menurut Fadel, seminar itu untuk mempelajari teknologi akuakultur, ide-ide baru untuk mendorong perpindahan dari perikanan tangkap ke perikanan budidaya. “Selama ini masih terkonsentrasi pada ikan laut. Ikan kerapu pasarnya luar biasa. Saya mengharapkan ada investor ke sini.”
Dia menuturkan KKP telah menggeser anggaran dari perikanan tangkap untuk perikanan budidaya, sehingga anggaran 2010 fokus pada perikanan budidaya. Menteri Fadel mengharapkan ada peningkatan produksi ikan budidaya, tetapi masih terkendala dengan teknologi.
Duta Besar Norwegia untuk RI Eivind S. Homme mengatakan Norwegia siap bekerja sama dengan Indonesia terutama mengingat Norwegia sebagai salah satu negara yang dikenal unggul di dalam hal perikanan di dunia.
“Norwegia adalah ekportir industri perikanan terbesar kedua di dunia dan banyak memiliki perusahaan terkemuka di bidang akuakultur,” ujarnya. Menurut dia, Indonesia merupakan negara yang memiliki pertumbuhan tinggi di bidang perikanan.(fsi)