Jumat, 16 Desember 2011

Berikut merupakan ulasan dari jurnal yang berjudul “Pemanfaatan Pengindraan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Untuk Manajemen Sumber Daya Perikanan Budidaya Di Indonesia”.


ulasan dari jurnal

“PEMANFAATAN PENGINDRAAN JAUH
DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MANAJEMEN SUMBER DAYA PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA”.
Oleh I Nyoman Radiarta*
*Pusat Riset Perikanan Budidaya

Dewasa ini, dengan tersedianya data pengindraan jauh (indraja) dapat membantu untuk mengggambarkan dan mengetahui kondisi sumberdaya alam dan kegiatan manusia. Bersamaan dengan perkembangan ketersediaan data dan informasi tersebut, sitem informasi geografis (SIG) telah meningkatkan kemampuan untuk menyimpan, menganalisis, dan menampilkan data dan informasi yang tersedia. Pemanfaatan indraja dan SIG telah berkonstribusinyata bagi perkembangan perikanan budidaya. Dibidang perikanan aplikasi teknologi ini dapat ditemukan mulai dari tahapan perencanaan, pengelolaan, dan pemantauan.
Dalam jurnal ini penulis  (I Nyoman Radiarta) mengulas tentang bagai mana satelit indraja dan SIG dapat digunakan dan berkonstribusi bagi penelitian dibidang sumberdaya perikanan budidaya, sehingga nantinya berefek pada pengelolaan sumberdaya alam yang manusiawi demi keberlanjutan perikanan budidaya secara berkesinambungan. Dalam jurnal ini penulis akan membahas terlebih dahulu tentang teknologi indaraja dan SIG dan kemudian disusul aplikasinya untuk masing-masing bidang penelitian. Berikut ulasanya:

PENGINDRAAN JAUH DAN SISTEMINFORMASI GEORAFIS

Indraja merupakan sumber data bagi SIG, hal ini dikarenakan masih kurang ketrsediaanya data dan informasi penting dalam bentuk peta yang diperlukan untuk analisis sumberdaya perikanan budidaya. Adapun keunggulan Indraja merupakan sumber data bagi SIG menurut Jhonson (1998) adalah sebagai berikut:
1)  Data yang dihasilkan sudah dalam format digital;
2)  Dapat memantau suatu darah kajian secara berulang-ulang;
3)   Dapat mencakup kajian yang luas; dan
4)  Dapat menghasilkan berbagai data yang tidak bisa didapat dari data lapangan.

Integrasi data  indraja dan SIG berkonstribusi sangat penting dalam kegiatan perikanan budidayamelalui penyediaan berbagai jenis data diantaranya data tutupsn/ penggunaan lahan, kualitas perairan, dan infratuktur perikanan. Dengan ini kegiatan perikanan budidaya dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan.

SATELIT INDERAJA



Indaraja secara umum didefinisikan sebagai teknik untuk mengumpulkan data  dan informasi dari suatu objek atau fenomena, yang pengukuranya dilakukan dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji. Alat yang digunakan untuk pengukuran tersebut disebut sensor, sedangkan data yang didapat dikenal dengan istilah citra.
Ø  Analisis Data Inderaja
Analisis data ineraja dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam teknik meliputi visual (analog) dan digital analisis. Analisis data inderaja secara digital meliputi manipulasi dan interpretasi dari citra digital dengan bantuan perangkat computer.
Ø  Ketersediaan Data Inderaja
Di Indonesia penyediaan data inderaja dibawah wewenang Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN). Selain instansi pemerintah data tersebut juga dapat  di dapatkan di lembaga suasta seperti BTIC-Biotrop.

Ø  Perangkat Lunak Analisis Data Inderaja
Dewasa ini banyak ditemukan perangkat lunak untuk analisis data inderaja baik yg bersifat komersi maupun geratis. Namun apapun jenis perangkat lunak yang digunakan umumnya memiliki fasilitas dasar yang serupa bagi pengolahan citera satelit.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
SIG dapat diartikan sebagai seperangkat system yang berfungsi untuk mengumpulkan, menyimpan, memanggil, menganalisis/manipulasi dan menyajikan data spasial yang berasal dari bumi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Ada dua jenis data yang dapat diintegrasikan kedalam SIG yaitu Vektor dan Raster.

ü  Analisis SIG
Pada dasarnya setiap penelitian dengan menggunakan SIG akan terdiri atas tujuh tahapan yaitu: identifikasi keperluan penelitian, memformulasikan rencana, membuat framework analisis, mencari sumber data, menyususn dan memanipulasi data sebagai data input, analisis data dan verifikasi keluaran, dan evaluasi hasil akhir.

ü  Ketersediaan Data SIG
Data yang digunakan untuk analisis sig dapat dikumpulkan dari berbagai macam sumber diantaranya:
a. Data perimer (dari lapangan);
b.Data sekunder (hasil analisis data primer);
c. Proxy data; dan
d. Citra satelit.

ü  Perangkat Lunak SIG
Dewasa ini banyak ditemukan perangkat lunak untuk analisis data SIG baik yg bersifat komersi maupun geratis. Namun apapun jenis perangkat lunak yang digunakan umumnya memiliki fasilitas dasar yang serupa bagi pengolahan citera satelit.

Contoh aplikasi inderaja dan SIG
1)      Pemetaan perubahan lahan;
2)      Pemantauan lingkungan budidaya; dan
3)      Pemetaan kelayakan lahan untuk budidaya perikanan.

 nah kalo mau yang lengkap nya bisa dibuka di link berikut http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/31088191.pdf
JAKARTA (bisnis-jabar.com): Teknologi perikanan akuakultur atau perikanan budidaya di Tanah Air dinilai masih rendah, sehingga perlu mengadopsi teknologi dari Norwegia.
Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengatakan Indonesia dinilai masih kurang dalam teknologi perikanan akuakultur.
“Kita masih lemah dalam teknologi sehingga melalui kerja sama dengan Norwegia kita harapkan akan dapat belajar lebih banyak,” ujarnya dalam seminar Aquaculture – Cooperation between Indonesia and Norway, hari ini.
Dia menjelaskan teknologi budidaya perikanan yang digunakan di Indonesia dinilai masih banyak yang mengandalkan cara tradisional.
Selain itu, para pakar akuakultur di Indonesia juga memiliki kemampuan teori, tetapi membutuhkan aplikasi teknologi yang nyata untuk penerapan di lapangan. Selain transfer teknologi dari Norwegia, kata dia, negara itu juga berpotensi untuk berinvestasi perikanan di Indonesia.
Menurut Fadel, seminar itu untuk mempelajari teknologi akuakultur, ide-ide baru untuk mendorong perpindahan dari perikanan tangkap ke perikanan budidaya. “Selama ini masih terkonsentrasi pada ikan laut. Ikan kerapu pasarnya luar biasa. Saya mengharapkan ada investor ke sini.”
Dia menuturkan KKP telah menggeser anggaran dari perikanan tangkap untuk perikanan budidaya, sehingga anggaran 2010 fokus pada perikanan budidaya. Menteri Fadel mengharapkan ada peningkatan produksi ikan budidaya, tetapi masih terkendala dengan teknologi.
Duta Besar Norwegia untuk RI Eivind S. Homme mengatakan Norwegia siap bekerja sama dengan Indonesia terutama mengingat Norwegia sebagai salah satu negara yang dikenal unggul di dalam hal perikanan di dunia.
“Norwegia adalah ekportir industri perikanan terbesar kedua di dunia dan banyak memiliki perusahaan terkemuka di bidang akuakultur,” ujarnya. Menurut dia, Indonesia merupakan negara yang memiliki pertumbuhan tinggi di bidang perikanan.(fsi)